Daripada sibuk meratapi diri karena akan meninggalkan keluarga tercinta, seorang ibu memilih untuk membuat 'warisan'. Bulan Oktober dijadikan bulan untuk mengingatkan para wanita agar waspada terhadap kanker payudara. Ada cerita menyentuh yang ditinggalkan oleh seorang penderita kanker payudara, yang saat ini telah meninggalkan dunia ini. Bukan bagaimana mencegah kanker payudara atau berjuang melawan penyakit tersebut, namun apa yang dia lakukan ketika hampir tiba saatnya berpisah dengan keluarga karena penyakit satu ini. Diambil dari theguardian, semoga cerita ini bisa menginspirasi Anda untuk jauh-jauh dari kanker payudara dan juga semakin mempererat hubungan Anda dan keluarga.
Kate Greene adalah seorang ibu yang meninggal akibat kanker pada usia 37. Dia meninggalkan St John Greene, suaminya, dan kedua putra yang masih anak-anak Reef (6) dan Finn (4). Suatu malam, dalam ketakutannya menghadapi maut yang terasa semakin mendekat, Greene ditemani suaminya mengobrol dan memutuskan untuk membuat 'to do list'. Dalam daftar itu Greene menuliskan 100 hal yang ingin dilakukannya selama hidup untuk anak-anaknya. Dan kini saat Greene telah berpulang, suami dan kedua putranya mewujudkan satu per satu permintaan tersebut.
Beberapa di antaranya adalah petunjuk detail untuk membawa anak-anaknya menikmati pantai yang disukai Greene waktu kecil, menonton pertandingan rugby internasional dan pergi ke Switzerland tempat St John meminang Greene. Dia juga meminta anak-anaknya tetap berusaha menemukan daun semanggi empat, belajar memainkan alat musik dan juga menanam tanaman bunga matahari.
Greene berpesan agar keluarganya memiliki meja makan sehingga mereka bisa makan bersama. Dia juga menetapkan peraturan anak-anaknya harus diberi ciuman 'selamat malam' dua kali sebelum pergi tidur. Greene menggaris bawahi prinsip-prinsip yang ingin ditanamkan di kedua putranya, termasuk untuk selalu on time, memperlakukan teman wanita dengan penuh respek, belajar rapi, tidak merokok, tidak mengendarai motorbike atau bergabung dengan angkatan bersenjata.
St John, suami Greene, bertekad untuk memenuhi semua yang diinginkan dalam daftar tersebut dan sudah membeli sebuah meja makan untuk rumah mereka di Clevedon, Somerset. Tiket penerbangan ke Egypt dan rencana ke Dublin untuk melihat pertandingan rugby juga sudah diaturnya. Bagi St John, melakukan setiap permintaan Kate Greene membuat wanita ini selalu terhubung secara emosional dengan dirinya dan anak-anak, dan dia sudah menyelesaikan sebagian besar dari permintaan di daftar tersebut.
Satu permintaan yang sulit dipenuhi dan paling menantang St John adalah permintaan untuk menemukan wanita pendamping hidup lagi agar anak-anaknya tumbuh dalam asuhan seorang ayah dan ibu.
"Saya telah menemukan seorang soulmate dan akan sulit untuk mencari orang lain lagi", demikian ungkapnya. Memang akan tidak mudah bagi suami Kate Green untuk memosisikan hatinya dengan kebutuhan seorang ibu bagi anak-anak dan juga untuk memenuhi permintaan terakhir almarhum istrinya.
Dari kisah ini kita bisa meneladan kekuatan hati seorang Kate Green, untuk memikirkan apa yang terbaik bagi anak-anak dan keluarganya di saat dirinya sendiri sedang dalam ketakutan menghadapi maut. Bagi seorang ibu, dirinya bukanlah hanya tubuh, hati dan jiwa yang dimiliki namun juga tubuh, hati dan jiwa suami dan anak-anak yang dipercayakan kepadanya.
EmoticonEmoticon