Kehidupan Korban selama Disandera Abu Sayyaf


Nahkoda kapal Brahma 12 Peter Tonsen Barahama bersyukur bisa dibebaskan setelah sebulan lebih disandera Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan. Kehidupan yang keras harus dia alami selama berada di bawah cengkraman kelompok militan bersenjata itu.


Selama disandera, Peter terpaksa tinggal di hutan bersama Kelompok Abu Sayyaf. Seluruh kebutuhan Peter dan sembilan temannya, seperti makanan, tergantung penyandera. Mereka hanya bisa makan bila diberikan kelompok ini.


Hal ini bukan berarti para sandera bisa makan cukup, tiga kali sehari. Pasalnya, pasokan makanan militan ini juga tergantung kondisi sekitar. Makan cuma sekali sehari pun kerap mereka alami.


"Kadang sekali saja dikasih makan. Kadang kalau lokasinya bagus dan kondisi sekitar enggak ada operasi dari laskar Filipina bisa dua kali makan," kata Peter kepada Metro TV dalam perjalanan dari Filipina ke Indonesia, Minggu (1/5/2016).


Tak hanya itu, para sandera juga harus tidur di hutan beralaskan daun kelapa. Peter mengaku bila gigitan serangga sudah tak berasa lagi di kulitnya lantaran harus terlelap dengan kondisi ini.


Para sandera, lanjut dia, juga tak punya kesempatan buat mandi membersihkan diri. "Bersihkan diri tunggu air hujan saja. (Bersihkan) baju sama, tunggu air hujan saja. Kalau enggak hujan ya enggak cuci baju cuci badan. Seminggu-dua minggu enggak ada hujan ya gitu-gitu saja," jelas dia. 


Surianto, sandera lainnya, bercerita kelompok Abu Sayyaf kerap meneror, menakut-nakuti mereka. Salah satu yang paling diingatnya adalah teror potong leher. "Ada ancaman (potong leher), kalau uang enggak dikasih," jelas dia.


Para sandera, lanjut dia, pun tak bisa banyak berkegiatan selama di sana. Pasalnya, gerakan mereka terus dipantau. "Mereka jaga kita. Kencing pun dikawal, buang air besar dikawal," papar Surianto. 


Kini, baik Peter dan Surianto, bisa bernafas lega. Mereka bisa tersenyum kembali bebas usai disandera sejak 27 April lalu. Para sandera bisa kembali lagi ke dalam pelukan keluarga.  Mereka pun belum bisa banyak bicara soal rencananya ke depan. Peter cuma ingin bersyukur lebih dahulu. 


"Bingung juga, mau ucap sukur saja karena sudah dikasih cobaan hidup yang mungkin dibilang berat tapi enggak melebihi kemampuan kita," jelas dia.


Diketahui, setelah sekitar satu bulan disandera, 10 warga negara Indonesia akhirnya dibebaskan kelompok militan Abu Sayyaf. Mereka yang merupakan awak kapal tunda Brahma 12 kini sedang diterbangkan ke Tanah Air. Kesepuluh sandera itu, yakni: 

Peter Tonsen Barahama, 31, asal Batu Aji, Batam. 
Julian Philip, 50, asal Tondang Utara, Kabupaten Minahasa. 
Alvian Elvis Peti, 33, asal Kebon bawang Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Mahmud, 32, asal Telaga Biru, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Surian Syah, 34, Kendari Sulawesi Tenggara. 
Surianto, 31, Wajo Sulawesi Selatan.
Wawan Saputra, 23, Puncak Indah, Malili, Palopo. 
Bayu Oktavianto, 23, Delanggu, Jawa Tengah. 
Rinaldi, 25, warga Tinumbu, Makassar.
Wendi Raknadian, 29.


Kini, masih ada empat WNI yang masih terus diupayakan pembebasannya. Mereka merupakan ABK kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Cristi, yang juga disandera kelompok Abu Sayyaf dari faksi berbeda.


Dengan dibebaskannya sepuluh WNI tersebut, kelompok Abu Sayyaf yang dikenal brutal dan sering menyandera untuk mendapatkan dana, masih menahan 13 orang lainnya. Mereka di antaranya empat warga Malaysia, Jepang, Belanda, Kanada, Norwegia dan Filipina. 



Sumber : http://news.metrotvnews.com/read/201...era-abu-sayyaf


EmoticonEmoticon