Tidur di Kapal, Bangun Disandera


Wawan Saputra, anak buah kapal Brahma 12 tak menyangka pelayarannya ke Filipina pada akhir Maret lalu bakal berakhir tragis. Terlebih, dia sudah beberapa kali berlayar ke Negeri Lumbung Padi itu.


"Sudah tiga kali (berlayar ke sana)," kata Wawan kepada Metro TV dalam perjalanan dari Filipina ke Indonesia, Minggu (1/5/2016).


Dia bersama sembilannya kawannya pun tak menaruh curiga sedikit pun pada pelayaran kali itu. Mereka menggunakan rute yang selama itu dipakai, dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju ke Batangas, Filipina selatan, dan tak pernah menemukan masalah. 


Pria asal Puncak Indah, Malili, Palopo, Sulawesi Selatan, ini pun sempat tertidur pulas saat kapalnya melalui perairan sekitar Pulau Languyan, Provinsi Tawi-tawi, Filipina. Namun tak tanpa disangka Wawan, kapal Brahma 12 yang ditumpanginya disergap kelompok militan Abu Sayyaf. 


"Pada saat itu saya belum tahu persis karena pada kejadian itu saya sedang tidur di bawah, di kamar ABK," aku dia.


Wawan terbangun. Namun, kondisi kapal sudah diselimuti suasana suram tak seperti saat dia tidur. "Saya bangun, mereka (kelompok Abu Sayyaf) sudah di atas kapal. Kejadian persisnya saya enggak tahu," jelas dia.


Kehidupan Wawan bersama ABK Brahma 12 pun berubah total. Mereka harus tidur di hutan dan makan bergantung pada kebaikan hati para penyandera. Sekitar sebulan lebih kehidupan keras ini harus mereka jalani. 


Namun, Wawan sudah bisa bernafas lega. Dia dan sembilannya baru saja dibebaskan Abu Sayyaf. Mereka pun dalam perjalanan ke Tanah Air. Tapi, pemerintah masih punya pekerjaan rumah untuk membebaskan empat warga negara Indonesia lain yang juga disandera Abu Sayyaf. 


Mereka merupakan ABK kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Cristi, yang disandera kelompok Abu Sayyaf dari faksi berbeda. Diketahui, Abu Sayyaf yang dikenal brutal dan sering menyandera untuk mendapatkan dana, masih menahan 13 orang lainnya, di antaranya empat warga Malaysia, Jepang, Belanda, Kanada, Norwegia dan Filipina. 


Kelompok pemberontak tersebut sebelumnya telah memenggal kepala John Ridsdel, 68, seorang warga Kanada setelah tenggat waktu tuntutan tebusan sudah terlewati. Ridsdel beserta tiga orang lainnya, disandera sejak tiga bulan lalu di sebuah kawasan resor di Filipina selatan.


Ridsdel yang merupakan pejabat perusahaan tambang, dipenggal Senin lalu. Potongan kepala Ridsdel ditemukan di dalam sebuah kantong plastik hanya beberapa jam setelah tenggat waktu yang ditentukan telah terlewati.


EmoticonEmoticon