Banjir Landa Utara dan Timur Aceh

http://cdn-2.tstatic.net/aceh/foto/bank/images/kawasan-tanjung-putus-gampong-jawa_20150929_103315.jpg

LHOKSUKON – Hujan deras yang melanda kawasan utara dan timur Aceh pada Minggu (27/9) malam hingga Senin dini hari menyebabkan Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa, dan wilayah hulu Aceh Tamiang dikepung banjir. Ratusan rumah dan sekitar 225 hektare padi warga terendam, sejumlah tanggul jebol, namun tak ada korban jiwa.

Di Aceh Utara, dampak banjir sangat terasa di puluhan desa dalam Kecamatan Lhoksukon, Matangkuli, Cot Girek, dan Pirak Timu. Ini karena, sungai yang mengelilingi empat kecamatan itu meluap saat hujan deras.

Di Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara, tinggi air di dalam rumah warga mencapai 50 cm. “Air mulai naik ke permukiman warga pukul 03.00 WIB dini hari,” kata Camat Cot Girek, Usman.
Sementara di Kecamatan Lhoksukon delapan desa terendam akibat jebolnya tanggul Krueng Peuto di tiga titik, yakni di Desa Babah Geudubang sepanjang 200 meter, di Desa Teungoh 30 meter, dan di Desa Krueng sekitar 20 meter.

Selain itu, jalan sepanjang Km 4 sampai 7 terendam setinggi 40 cm. Sedangkan tinggi air di dalam rumah warga bervariasi, mulai dari 50 hingga 100 cm. “Di jalan air sudah surut, tapi dalam rumah warga masih terendam,” kata Camat Lhoksukon, Saifuddin.

Sementara di Matangkuli, tinggi air di jalan mencapai 1,5 meter, seperti terlihat di Desa Alue Tho, Lawang, dan Siren, sehingga arus transportasi di kawasan itu lumpuh. Kawasan ini banjir karena Krueng Keureuto yang belum punya tanggul sungai meluap. “Dalam sebulan terakhir kawasan kami sudah tiga kali banjir. Warga hanya bisa pasrah pada banjir yang kerap berulang di sini, tanpa penyelesaian,” kata Khadijah (55), warga Matangkuli.

Sementara di Kecamatan Pirak Timu sebelas desa terendam banjir dengan tinggi air di dalam rumah warga 60 sampai 120 cm. “Warga sedang siap-siap mengungsi, karena debit air terus bertambah naik. Saat ini warga terpaksa menggunakan rakit bila hendak pergi ke Matangkuli karena tak bisa lagi ditempuh dengan sepeda motor,” ujar Deni Latief (34), warga Pirak Timu kemarin.

Sementara itu, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Aceh Utara, Mawardi menyebutkan, ada empat sekolah yang kemarin diliburkan karena terendam, yakni SMP Negeri 4 Lhoksukon, SDN 9 Lhoksukon, dan SDN 11 Cot Girek. Adapun SMPN 2 Cot Girek diliburkan karena muridnya tak bisa ke sekolah.

Wakil Bupati Aceh Utara, M Jamil kepada Serambi menyebutkan bahwa ia sudah turun langsung ke lokasi banjir di kawasan Lhoksukon dan Cot Girek untuk melihat tanggul yang sudah jebol. “Saya sudah perintahkan dinas terkait mendata. Upaya penanggulanganannya kita sampaikan ke pusat, sehingga ke depan tak terjadi banjir lagi,” kata M Jamil.

Dari Kota Langsa dilaporkan, sejumlah ruas jalan umum di pusat kota maupun jalan gampong, sejak Minggu (27/9) malam terendam setinggi 60 cm. Ini terjadi pascahujan lebat yang mengguyur wilayah Langsa.

Memasuki Senin (28/9) pagi, Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Langsa malah meluap, bersamaan dengan adanya pasang air laut. Akibatnya, puluhan rumah warga yang berada di pinggiran sungai kawasan Tanjung Putus, Gampong Jawa, Kecamatan Langsa Kota terendam setinggi 1 meter. Sebagian warga terpaksa meninggalkan rumah, menumpang ke rumah kerabatnya menunggu air surut.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Langsa, Rinaldi Aulia, mengatakan, untuk mengantisipasi terjadi luapan DAS Krueng Langsa dan adanya warga yang mengungsi, pihaknya berkoordinasi dengan Dinsos kemarin sudah mendirikan tenda darurat di kawasan Tanjung Putus Gampong Jawa.

Sementara itu, dari Aceh Timur dilaporkan, sekitar 225 ha padi milik warga dari empat gampong di Kecamatan Simpang Jernih, Aceh Timur, terendam banjir luapan setinggi 2 meter, Senin (28/9).

Penjabat Keuchik Gampong Simpang Jernih, Burhanuddin kepada Serambi menyebutkan, 225 ha padi yang direndam banjir setinggi 2 meter itu terdapat di Gampong Simpang Jernih, Pante Kera, Batu Sumbang, dan Ranto Panjang Bedari.

Banjir terjadi pascaguyuran hujan deras sejak Minggu (27/9) pukul 17.00 hingga Senin (28/9) pukul 05.00 WIB. “Banjir diakibatkan Sungai Ranto Panjang Bedari dan Sungai Tampor meluap,” katanya.
Akibat banjir luapan ini padi yang telah dipotong dihanyutkan air, sedangkan padi yang belum dipotong terancam gagal panen. Banjir juga merendam 15 rumah panggung di Gampong Pante Kera, setinggi 1,5 meter. Namun, belum ada warga yang mengungsi.

Camat Simpang Jernih, Drs Ahmad membenarkan bahwa empat desa di Kecamatan Simpang Jernih dilanda banjir pascahujan deras sejak Minggu (27/9) sore hingga Senin pukul 05.00 WIB. “Kita sudah minta para keuchik untuk mendata dan merekap kerusakan selanjutnya akan kita kirimkan ke Bupati Aceh Timur, Hasballah HM Thaib,” katanya.

Di Aceh Tamiang, hujan lebat yang mengguyur pada Minggu (27/9) malam menyebabkan air Sungai Tamiang meluap dan merendam sejumlah kawasan di sepanjang daerah aliran sungai tersebut.
Ketua RAPI Aceh Tamiang, Razali (JZ01WRL) didampingi anggotanya, Alfajar Nasution (JZ01WWF) kepada Serambi tadi malam melaporkan, hingga sore kemarin kawasan yang paling parah terendam adalah di hulu Sungai Tamiang, termasuk jalan menuju Kecamatan Bandar Pusaka. “Yang terendam bukan hanya badan jalan, tetapi juga permukiman penduduk,” lapor Razali.


EmoticonEmoticon